Kewajiban Haji
* Kewajiban Haji
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي
بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Ali Imran [3]: 96)
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam (Ali Imran [3]: 97)
* Menyeru Kepada
Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Ali Imran [3]: 102).
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ
مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Ali Imran [3]: 103).
Ayat tersebut berkenaan
dengan kaum Aus dan Khazraj, sebab pada masa jahiliyah dulu, di antara mereka
telah terjadi banyak peperangan, permusuhan, dan pembunuhan di antara mereka.
Maka ketika Allah menurunkan islam, di antara mereka pun memeluknya, jadilah
mereka bersaudara dan saling mencintai karena Allah, saling menyambung hubungan
dan tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan.
Muhammad bin Ishaq bin
Yasar dan ulama lainnya menyebutkan bahwa: “Ayat ini turun berkaitan dengan
keadaan kaum Aus dan Khazraj, yaitu ada seorang yahudi yang berjalan melewati
sekumpulan orang dari kaum Aus dan Khazraj. Orang yahudi itu merasa tidak
senang dengan keeratan dan kekompakan mereka. Kemudian ia mengirimkan seseorang
dan memerintahkannya untuk duduk bersama mereka, serta mengingatkan kembali
berbagai peperangan yang pernah terjadi di antara mereka pada peristiwa Bu’ats
dan peperangan-peperangan lainnya. Orang itu tidak henti-hentinya melakukan hal
tersebut hingga emosi mereka bangkit dan sebagian mereka murka atas sebagian
lainnya, masing-masing saling mengobarkan emosinya, meneriakkan slogan-slogan,
mengangkat senjata mereka, dan saling mengancam untuk ke tanah lapang. Ketika
hal itu terdengar oleh Nabi, maka beliau datang dan menenangkan seraya berseru:
”Apakah kalian menanti seruan jahiliyyah padahal aku masih berada di
tengah-tengah kalian?”
Beliau pun membacakan
ayat di atas, maka mereka pun menyesali apa yang mereka lakukan. Dan akhirnya
mereka saling bersalaman, berpelukan, dan meletakkan senjata. Mudah-mudahan
Allah meridhai mereka semuanya.
‘Ikrimah menyebutkan,
bahwa ayat ini turun kepada mereka ketika mereka saling naik pitam dalam
masalah berita bohong (yang menimpa diri ‘Aisyah). Wallahu a’lam (Tafsir Ibnu
Katsir).
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Ali Imran [3]: 104).
Liqo’ 27 Oktober 2016
- Ustadz. Wiranto
- Tafsir Ibnu Katsir
- Ustadz. Wiranto
- Tafsir Ibnu Katsir