Kepemimpinan
* Seorang Pemimpin itu Harus Luas Ilmunya dan Kuat Fisiknya
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ
بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ
عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ
الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ
وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami,
padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun
tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang
luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui (QS. Al-Baqarah [2]: 247)
Mengapa pemimpin
selain luas ilmunya juga harus kuat fisiknya?, karena sejatinya pemimpin adalah
pelayan bagi yang dipimpinnya.
* Setiap Orang Beriman Pasti Akan DIuji Allah, Terkadang dengan Ujian Sederhana tetapi Dapat Memisahkan Antara yang Benar-benar Beriman dengan yang Tidak.
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ
إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي
وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ
ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا
مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو
اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa
di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada
meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku".
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka
tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi
sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami
pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang
meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi
golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah [2]:
249).
* Bersedekah untuk Bekal di Akhirat Kelak
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah [2]:
261).
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ
أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka
dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (Al-An’am [6]:160).
Segala
perbuatan yang baik pasti dibalas oleh Allah. Termasuk doa, pasti dikabulkan
oleh Allah.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"
(Al-Mu’min [40]: 60).
Rasulullah bersabda,
مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ
، إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ
دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ
يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ ، قَالَ :
اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa
yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah
akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan
mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau
memalingkannya dari keburukan yang semisalnya. Para sahabat berkata, “Kalau
begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak
lagi” (HR. Ahmad).
Namun supaya doa diperkenankan oleh Allah perlu memenuhi syarat.
Dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
« أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ
طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ
بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ».
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ».
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan
menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang
baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang
beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang
laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai
dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai
Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya
dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram,
maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)
Liqo’ 30 September 2016
- Ustadz. Wiranto
- Ustadz. Wiranto