Memuliakan Tamu
Jangan Murtad
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى
الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui (Al-Maidah[5]: 54)
Apabila ada
seseorang yang murtad, maka yang rugi adalah orang itu sendiri. Dalam
hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ
مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ
وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara
kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling
bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika
orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia
dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara
kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)
Yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
maksudnya keras dalam
prinsip keagamaan sedangkan dalam perilaku tetap santun. Dengan demikian
diharapkan mereka akan simpatik dan tertarik dengan islam, bukan malah lari.
Yang
berjihad di jalan Allah, misalnya dengan berdakwah.
Dakwah itu akan terus berjalan baik dengan kita atau tanpa kita. Pilihan kita
untuk ikut ambil bagian di dalamnya atau tidak. Jika kita berdakwah, maka ada
orang lain yang melakukannya.
Dakwah tidak harus dengan
ceramah. Misalnya dengan menyampaikan ulang hasil kajian yang diterima di
pengajian ke teman-teman yang lain, mengamalkan apa yang telah dipelajari, bersikap
yang baik, dll.
Memuliakan Tamu
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ
اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan
hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ » . قَالَ وَمَا جَائِزَتُهُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ « يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ ، فَمَا
كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهْوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ »
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka hendaklah ia perhatian dalam memuliakan tamunya.” Ada yang
bertanya, “Apa yang dimaksud perhatian di sini, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu perhatikanlah ia sehari semalam dan menjamu tamu itu selama
tiga hari. Siapa yang ingin melayaninya lebih dari tiga hari, maka itu adalah
sedekah baginya.” (HR. Bukhari no. 6019 dan Muslim no. 48)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no.
2558)
Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan
oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:
1. Harta tersebut
akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan
harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara
inderawi dan kebiasaan.
2. Walaupun
secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup
dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat
banyak
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ ۗ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah[2]: 261).
Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu
semampunya. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan yang
terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam bersama
tamu-tamunya:
فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ
سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ
“Maka dia (Ibrahim) pergi dengan diam-diam menemui
keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu ia mendekatkan
makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu) sambil berkata: ‘Silakan Anda makan'” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 26-27)
- Ustadz Wiranto
- https://rumaysho.com/1701-sangat-butuh-pada-allah.html
- https://rumaysho.com/828-sedekah-tidaklah-mengurangi-harta.html
- https://muslim.or.id/1546-adab-bertamu-dan-memuliakan-tamu.html